“Pengertian
Heliosentris”
Pengertian Teori Heliosentris
Dalam astronomi,
Heliosentrisme adalah teori yang berbunyi bahwa Matahari menjadi pusat alam
semesta. Kata tersebut berasal dari bahasa yunani, yaitu (Helios = Matahari,
dan Kentron = Pusat). secara historis, Heliosentrisme bertentangan dengan
Geosentrisme, yang menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta. Pandangan
mengenai kemungkinan Heliosentrisme ini terjadi sejak zaman klasik kuno. Tapi
abad ke-14 baru dapat ditemukan suatu model matematis yang dapat meramalkan
secara lengkap sistem Heliosentris. yang hal tersebut dikemukakan oleh Nicolas
Copernicus, jadi bisa disimpulkan bahwa teori Heliosentris ini berawal
pada masa peradaban eropa.
Teori Copernicus ini
telah menggoncangkan dunia pada zamannya. Sebab suatu penemuan yang sama sekali
bertolak belakang dengan teori-teori sebelumnya, yang telah diyakini orang
sepanjang 14 abad lamanya.
Pihak-pihak yang jelas
menentang teori ini, adalah dari golongan para ahli ilmu pengetahuan, pengelola
gereja-gereja dan tokoh-tokoh agama Nasrani. Teori Heliocentris ini kemudian
didukung dan diikuti oleh ahli-ahli astronomi lainnya, antara lain Galileo
Galilei dan Sir Isaac Newton. Teori ini memang masih banyak mengandung
kelamahan-kelemahan, tetapi satu hal yang tak dapat diingkari, bahwa sampai
sekarang prinsip tentang pusat dari Tatasurya kita ini khususnya, bukanlah bumi
yang menjadi pusatnya, tetapi matahari.
Selain itu, teori ini
juga mengajarkan, bahwa bumi ini bergerak mengitari matahari, suatu teori yang
sampai sekarang tetap diakui kebenarannya.
Cara kerja konsep
Heliosentris
Konsep heliosentris
melahirkan hukum-hukum yang dicetuskan oleh Johannes Kepler, yaitu:
1. Hukum
I Kepler
Persamaan elips dari hukum pertama Kepler dirumuskan seperti berikut :
Persamaan elips dari hukum pertama Kepler dirumuskan seperti berikut :
Dimana “e” adalah
eksentrisitas yang merupakan perbandingan antara jarak dua fokus dengan
diameter panjang elips. Nilai eksentrisitas menentukan bentuk elips apakah
makin lonjong atau makin mendekati bentuk lingkaran. Jika e = 0, maka orbit
planet akan berupa lingkaran. Eksentrisitas bumi, ebumi = 0,017, hampir
mendekati nol, jadi orbit bumi hampir mendekati lingkaran.
Akibat lintasan orbit
planet berbentuk elips, maka selama suatu planet bergerak mengelilingi matahari
menempuh satu putaran penuh yang disebut satu tahun pleneter, jarak antara
planet tersebut dengan Matahari akan selalu berubah-ubah. Titik pada lintasan
orbit planet yang menandai posisi paling dekat planet ke Matahari disebut
perihelium. Sedangkan titik pada lintasan orbit Planet yang menandai posisi
paling jauh Planet ke Matahari disebut aphelium.
Arah rotasi
planet-planet dalam arah berlawanan dengan arah putar jarum jam, kecuali untuk
planet Venus dan Uranus. Para astronom menetapkan arah putar berlawanan dengan
arah putar jarum jam sebagai gerak langsung (direct), sedangkan arah putar
searah dengan arah putaran jarum jam disebut gerak balik (retroge).
2. Hukum
II Kepler
Hukum kedua Kepler yang
disebut juga sebagai hukum kesamaan luas yang dipublikasikan pada tahun 1609,
menyatakan bahwa luas (S) yang disapu oleh garis penghubung antara planet dan
Matahari dalam selang waktu (t) yang sama adalah sama (S1 = S2 = S3), seperti
ditunjukkan pada gambar.
Hukum ini secara tidak
langsung menyatakan bahwa kecepatan orbit suatu Planet mengitari matahari
tidaklah konstan (uniform) melainkan berubah-ubah. Planet akan bergerak lebih
cepat dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang dekat dengan matahari, dan
akan bergerak lebih lambat dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang jauh
dari matahari. Kecepatan orbit Planet berbanding terbalik dengan jaraknya
terhadap matahari. Dalam notasi matematis , hukum ini dapat dirumuskan sebagai:
dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca laju perubahan luas yang disapu garis penghubung planet-Matahari terhadap waktu adalah tetap, S1 = S2 = S3. Hukum kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya kekekalan momentum sudut dari planet-planet ketika berputar mengelilingi Matahari. Jika momentum sudut suatu planet yang mengitari matahari adalah kekal, maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan bergerak lebih lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang berputar mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut yang tetap, karena tidak ada gaya yang bekerja dalam arah geraknya. Gaya tarik matahari arahnya membentuk sudut 〖90〗^o terhadap arah gerak Planet
dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca laju perubahan luas yang disapu garis penghubung planet-Matahari terhadap waktu adalah tetap, S1 = S2 = S3. Hukum kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya kekekalan momentum sudut dari planet-planet ketika berputar mengelilingi Matahari. Jika momentum sudut suatu planet yang mengitari matahari adalah kekal, maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan bergerak lebih lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang berputar mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut yang tetap, karena tidak ada gaya yang bekerja dalam arah geraknya. Gaya tarik matahari arahnya membentuk sudut 〖90〗^o terhadap arah gerak Planet
3. Hukum
III Kepler.
Hukum
ketiga Kepler yang disebut juga sebagai hukum harmonik yang dipublikasikan pada
tahun 1618, menyatakan bahwa perbandingan kuadrat periode revolusi (T2)
terhadap pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke Matahari (jari-jari elips
= R3) adalah sama untuk semua planet. Secara matematika, pernyataan tersebut
dapat dirumuskan seperti berikut
Daftar
pustaka
Khazin,
Muhyiddin. 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta : Buana
Pustaka. “Theori Heliosentris”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar