Tentang Geografi
1. A. Pengertian
Geografi
Eratoshenes yang hidup
200 tahun sebelum Masehi dianggap sebagai orang pertama yang meletakkan dasar
pengetahuan tentang bumi. Ia membuat karya tulis sebanyak 3 jilid yang berjudul Geographein.
Di dalam buku tersebut,ia menguraikan antara lain tentang perubahan-perubahan
daratan, lautan,gejala-gejala alam di lautan, benda-benda langit berikut
jaringan-jaringan derajat astronomi.
1.
1. Pengertian
Geografi berasal dari
kata geographyca (bahasa Yunani). Geo artinya
bumi dan graphein artinya tulisan, uraian, lukisan atau
deskripsi (pemerian). Berdasarkan asal kata tersebut, geografimerupakan
ilmu pengetahuan yang menuliskan, menguraikan, atau mendeskripsikan hal-hal
yang berhubungan dengan bumi.
1.
2. Batasan Geografi
Batasan geografi sangat banyak dan
mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan peradaban manusia. Berikut ini
adalah beberapa tokoh dengan definisi atau batasannya masing-masing (Nursid
Sumaatmadja).
1.
Sidney dan Donal J.D.
Mulkerne, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan tentang bumi dan
kehidupan makhluk yang ada di atasnya.
2.
Hartshorne, menyatakan bahwa
geografi berguna untuk memberikan deskripsi yang beraturan dan teliti dari
permukaan bumi.
3.
Starbo, menyatakan bahwa
geografi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik tertentu pada suatu wilayah
dan memperhatikan hubungan antara berbagai tempat.
4.
Yeates, menyatakan bahwa
geografi adalah ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi di
permukaan bumi.
5.
Alexander, menyatakan bahwa
geografi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh lingkungan alam pada aktivitas
manusia.
6.
Bintaro, menyatakan bahwa
geografi adalah ilmu pengetahuan yang menceritakan dan menerangkan sifat bumi;
menganalisis gejala alam dan penduduk; mempelajari corak yang khas dalam kehidupan
dan berusaha mencari fungsi unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
7.
Berdasarkan keputusan Lokakarya
Nasional di Semarang 19 April 1988, dinyatakan bahwa geografi adalah ilmu
yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geosfer dengan sudut pandang
kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
Yang dimaksud dengan gejala
geosfer ialah gejala-gejala alam yang berhubungan dengan litosfer,
hidrosfer, dan atmosfer.
1) Litosfer,
yaitu kulit bumi termasuk permukaan tanah.
2) Hidrosfer,
yaitu perairan darat dan perairan laut.
3) Atmosfer,
yaitu udara yang menyelimuti bumi.
Dalam menjelaskan hubungan timbal balik
antara manusia dengan alam, geografi menggunakan sudut pandang kewilayahan.
Maksudnya, geografi membahas suatu wilayah menurut kenyataan wilayah tersebut.
Geografi sangat memperhatikan ciri khas setiap wilayah.
Dalam geografi, wilayah dapat
diartikan sebgai luas atau sempitnya suatu bagian permukaan bumi. Wilayah yang
satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Setelah geografi dengan
sudut pandang kewilayahan akan memberikan kejelasan tentang interaksi (saling
berhubungan) dan interdepensi (saling ketergantungan) antara manusia dengan
alam di lingkungan hidupnya.
Persamaan dan perbedaan gejala geosfer dipelajari
dengan sudut pandang kewilayahan dan konteks keruangan, yaitu ruang tempat
hidup manusia. Di salam ruang tersebut terdapat hubungan saling ketergantungan
antara manusia dengan lingkungan alam. Dengan demikian dapat diketahui sejauh
mana interaksi antara manusia dengan lingkungannya dan tingkat hidup mereka.
1.
B. Konsep Dasar Geografi
Ada sepuluh konsep dasar geografi, yaitu
sebagai berikut.
1.
Konsep aglomerasi, yaitu persebaran gejala geografi yang
mengelompok di suatu tempat karena ada factor-faktor yang menguntungkan.
Contohnya: penduduk biasanya bertempat tinggal di daratan rendah yang
subur.
1.
Konsep diferensi area, yaitu adanya
perbedaan cirri khas suatu daerah dengan daerah lain.
2.
Konsep interaksi dan interdepensi, yaitu
peristiwa-peristiwa yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi gejala
alam.
3.
Konsep jarak, yaitu berkaitan dengan proses
pencapaian ke suatu lokasi dan perhitungan jarak antara satu tempat ke tempat
lain.
4.
Konsep keterjangkauan, yaitu tersedianya
sarana dan prasarana untuk mencapai suatu wilayah. Misalnya, transportasi di
saerah rendah lebih mudah dibandingan transportasi di pegunungan.
5.
Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan
antara persebaran gejala geografi di suatu tempat dengan gejala lain.
6.
Konsep lokasi, yaitu konsep yang sangat penting dalam
geografi. Konsep ini ada dua, yaitu lokasi relatif dan lokasi absolut.
§ Lokasi relatif adalah lokasi
yang didasarkan pada keadaan daerah sekitar.
§ Lokasi absolut adalah lokasi
yang didasarkan pada garis lintang dan gars bujur.
7.
Konsep morfologi, yaitu konsep yang berhubungan dengan
relief (bentuk permukaan bumi) yang berbeda-beda sehingga kegunaanya pun
berbeda.
8.
Konsep nilai kegunaan, yaitu nilai yang
berhubungan dengan manfaat fenomena yang ada. Misalnya, daerah wisata bagi
wisatawan merupakan tempat rekreasi, tetapi bagi pedagang merupakan tempat yang
menguntungkan untuk berdagang.
9.
Konsep pola, yaitu berkaitan dengan persebaran
fenomena permukiman, sungai, jenis tanah, dan pengembangan kota.
C. Pendekatan
Geografi
Dalam geografi dekenal
beberapa pendekatan, yaitu pendekatan ruangan (spatial approach),
pendekatan ekologi (ecological approach), pendekatan kronologi (history
approach), dan pendekatan sistem (system approach).
1.
Pendekatan Keruangan {Spatial Approach}
Pendekatan keruangan adalah
mempergunakan prinsip-prinsip yang berlaku, yaitu prinsip persebaran,
interelasi, dan deskripsi. Pendekatan keruanagn ini meliputi sebagai berikut.
2.
Pendekatan Topik
Untuk pendekatan suatu gejala atau
masalah dalam studi geografi dapat dimulai dari topik utama yang menjadi
perhatian utama, misalnya kelaparan. Kelaparan di suatu daerah di ungkapkan
jenis, sebab, persebaran, intensitas, dan interelasinya dengan gejala lain dan
masalah secara keseluruhan. Dengan begitu, masalah geografi di daerah tersebut
dapat di ungkap secara lebih luas.
Pendekatan topik dapat di lakukan
terhadap topic-topik lainnya, seperti kekurangan air, erosi, industri,
pengangguran, dan kenakalan remaja. Dalam melakukan pendekatan topik, pada
prinsipnya tidak boleh terlepas hubungannya dengan ruang yang menjadi topik
tersebut.
3.
Pendekatan Aktifitas
Manusia
Dalam pendekatan utamanya, pendekatan
ini di arahkan kepada aktivitas manusianya. Aktivitas penduduk dapat ditinjau
dari persebaran, interelasi, dan deskripsinya dengan gejala lain yang
berhubungan dengan aktivitas itu. Dari persebaran penduduk, kita dapat
membedakan jenis aktivitas sehubungan dengan mata pencaharian. Misalnya, apakah
aktivutas itu berlangsung di daratan rendah, di daratan tinggi atau pegunungan,
di pantai, dan sebagainya. Dengan adanya persebaran kegiatan penduduk tadi,
dapat pula di ungkapkan interelasinya dengan keadaan kesuburan tanah, keadaan
geologi, keadaan tinggi rendah permukaan, dan sebagainya.
4.
Pendekatan Regional
Region adalah suatu
wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas dan
membedakan diri dari region-region yang lain. Adapaun pendekatan region adalah
mendekati suatu gejelah atau masalah dari region atau wilayah tempat gejala
tadi tersebar. Pendekatannya ditekankan kepada region yang merupakan ruang atau
wadahnya, bukan kepada topik atau aktifitas manusianya. Misalnya, masalah
pantai. Dalam hal ini, kita mengungkapkan masalah abrasi pantai. Apa saja yang
menjadi penyebab terjadinya abrasi pantai. Lalu,mengungkapkan interelasi abrasi
dengan penanaman hutan bakau (mangrove) di pantai. Dan kita dapat
membandingkan kondisi antara pantai yang tidak ditumbuhi pohon-pohon bakau.
Itulah sebabnya antara pendekatan topik, pendekatan aktivitas manusia, dan
pendekatan regional sukar dipisahkan satu sama lainnya. Hal itu terjadi karena
suatu pendekatan akan membantu pendekatan lainnya.
5.
Pendekatan Ekologi {Ecological Approach}
Pendekatan ekologi adalah suatu
metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau
masalah dengan menerapkan suatu konsep san prinsip ekologi. Ekologi manusia
berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan lingkungannya yang membentuk
suatu sistem ekologi atau ekosistem. Geografi dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang ekologi manusia yang menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan
persebaran dan aktivitas manusia
6.
Pendekatan Kronologi {History Approach}
Pendekatan kronologi (history atau sejarah) dapat menjelaskan
dimensi waktunya dan dapat pula menjelaskan pertumbuhan dan perkembangannya.
Studi geografi dalam meneliti dan menganalisis gejala melalui konsep regional
tidak hanya memperhatikan urutan waktu sebagai faktor ruang, melainkan juga
harus memperhatikan tempat sebagai faktor historinya.
Pendekatan kronologi suatu gejala atau masalah pada ruang tertentu dapat
kita lakukan sebagai berikut:
1.
Mengkaji perkembangannya
2.
Melakukan prediksi proses gejala atau masalah tadi pada masa-masa yang akan
datang
3.
Melakukan pengkajian dinamika dan perkembangan suatu gejala geografi di
daerah atau wilayah tertentu.
Meneliti, menganalisis, dan mengadakan
interpretasi peta suatu wilayah dengan menggunakan pendekatan historis, artinya
dengan menggunakan peta perkembangan daerah berdasarkan urutan waktunya. Kita
akan dapat melihat kecenderungan ke arah mana kota itu tumbuh berkembang.
Selain itu, dapat dikaji pula apa sebabnya kota berkembang ke arah itu. Kita
dapat menyusun perencanaan kota untuk menunjang perkembangannya secara serasi
dan seimbang. Pendekatan historis atau kronologi dapat pula dilakukan terhadap
pertumbuhan industri, migrasi penduduk, perkembangan daerah erosi dan banjir,
dan sebagainya.
7.
Pendekatan Sistem {System Approach}
Pendekatan sistem adalah mode berpikir sintetik yang
diterapkan kepada masalah yang merupakan suatu sistem (Nursid Sumaadja, 1981). Mode
berpikir sintetik adalah mode berpikir yang didasarkan atas doktrin
ekspansionisme. Doktrin ekspansionisme adalah cara meninjau
suatu benda atau hal sebagai bagian dari keseluruhan yang besar. Pendekatan
sistem diartikan sebagai suatu metodologi yang digunakan untuk mendekati,
menelaah, dan mengkaji sistem gejala geografi dan sistem keruangan (spatial
system). Pelaksanaan pendekatan sistem suatu gejala geografi dikaitkan atau
dihubungkan dengan gejala lainnya dalam suatu sistem keruangan. Pendekatan
sistem dapat pula diterapkan pada sistem keruangan industri, permukiman,
perkotaan, pelabuhan, jaringan transportasi-komunikasi, dan sebagainya.
1.
D. Prinsip-Prinsip Geografi
Prinsip geografi menjadi dasar pada
uraian, pengkajian, pengungkapan gejala, variable, faktor dan masalah geografi.
1.
1. Prinsip
Persebaran
Persebaran gejala dan fakta tidak merata
dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kemudian kita gambarkan dan ungkapkan
persebaran gejala dan fakta dalam ruang atau wilayah. Deng-an demikian, kita
dapat mengungkapkan hubungan satu sama lainnya.
1.
2. Prinsip
Interelasi (Hubungan)
Setelah kita mengetahui persebarannya dalam ruang atau wilayah, kita akan
mengungkap-kan hubungan antara satu faktor dengan yang lainnya. Yaitu, hubungan
antara faktor fisis dengan faktor fisis; faktor manusia dengan faktor manusia;
dan faktor fisis dengan faktor manusia. Akhirnya, kita dapat mengetahui
karakteristik gejala atau fakta geografi di suatu wilayah.
1.
3. Prinsip
Deskripsi (Menjelaskan) atau Eksplanasi
Prinsip ini memberikan
gambaran tentang gejala dan masalah yang dipelajari. Pelaksana-annyadapat
melalui kalimat, peta, grafik, diagram, dan table. Deskripsi tersebut
memberikan penjelasan tentang apa yang kita pelajari dan selidiki.
1.
4. Prinsip Spasial
(Keruangan)
Prinsip ini meninjau
gejala, fakta, dan maslah geografi dalam persebarannya, interelasi-nya, dan
interaksinya dalam ruangan. Ruang adalah bagian permukaan
bumi, baik keseluruh-an maupun hanya sebagian, termasuk juga:
1.
Atmosfer paling bawah
(troposfer) yang berpengaruh terhadap permukaan bumi.
2.
Litosfer (lapisan batuan)
sampai kedalaman tertentu.
3.
Hidrosfer, yaitu air
dipermukaan bumi (air laut dan air di darat) dan air tanah.
4.
Organism (makhluk hidup),
flora, fauna, dan manusia di permukaan bumi.
1.
E. Aspek Geografi
Untuk melakukan studi tentang berbagai
aspek kehidupan dalam geografi maka harus dipelajari aspek-aspek secara
geografi, yaitu pertanian, indusrti, permukiman, transportasi dan komunikasi,
serta sumber daya.
1.
1. Aspek Pertanian
Berdasarkan tinjauan studi geografi,
pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan perpaduan subsistem fisis
dengan subsistem manusia. Subsistem fisis, meliputi komponen-komponen tanah,
iklim, hidrografi, topografi dengan segala proses alamiahny. Subsistem manusia
meliputi tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, dan kemampuan ekonomi.
Berikut ini kita akan mengkaji asosiasi berbagai variable pertanian dan
diferensi pertanian.
1.
Pengkajian Asosiasi
Variabe-Variabel Pertanian
Untuk menelaah hubungan dua variable pertanian, misalnya hubungan antara
penggunaan pupuk per satuan luas dengan produktifitas pertanian atau antara
produktivitas tersebut dengan jarak dari saluran utama pengairan setempat, kita
dapat menganalisisnya.
2.
Pengkajian Diferensi
Areal Pertanian
Analisis keruangan sector pertanian
dilakukan terhadap areal pertanian yang cukup luas. Dari areal atau region
pertanian yang cukup luas dapat ditentukan perbedaan-perbedaan areal yang lebih
kecilberdasarkan macam-masam subsistem. Misalnya, keadaan pengairannya, jenis
tanahnya, kemampuan teknologi pertaniannya, dan jenis pertanian yang
dikembangkannya.
1.
2. Aspek Industri
Industri dalam arti
sempit adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi
atau setengah jadi (manufacturing industry). Industri sebagai suatu
sistem merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Aspek
industri tersebut terutama kepada interelasi keruangan komponen-komponennya dan
kepada pengorganisasian ruang dalam mengembangkan industri tersebut. Adapun
aspek keruangan pembangunan industri, meliputi penerapan teknologi tepat,
penentuan lokasi dengan persebarannya, dan diferensiasi (perbedaan) areal
industri.
1.
Penerapan Teknologi
Tepat
Teknologi tepat (teknologi adaptif),
yaitu ahli teknologi dari negara-negara maju yang disesuaikan dan diserasikan
dengan pertimbangan-pertimbangan keadaan lingkungan masyarakat yang menerapkannya
(Nursid Sumaadja, 1985).
Penerapan teknologi adaptif pada sector industri, berarti :
1) Tepat, sesuai dan serasi dengan kondisi
fisis-geografis wilayah yang akan dikembangkan industrinya.
2) Tepat, sesuai, dan serasi dengan kondisi
ekonomi setempat;
3) Tepat, sesuai, dan serasi dengan kondisi
demografi setempat;
4) Dapat memberikan lapangan usaha dan
lapangan kerja baru bagi penduduk setempat.
1.
Penentuan Lokasi
dengan Persebarannya
Dalam hal ini, aspek keruangan industri
menyangkut pemecahan masalah kepadatan penduduk, persebaran penduduk,
pengembangan daerah pedesaan, penjagaan pelestarian lingkungan hidup, dan
sebagainya. Pembangunan industri dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
nasional kesejahtraan penduduk, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Sementara
itu, lokasi persebaran industri ke daerah pedesaan harus sesuai dengan kondisi
geografi daerah pedesaan yang bersangkutan.
1.
Diferensiasi Areal
Industri
Diferensiasi areal industri di arahkan kepada pemilihan kawasan yang tepat
dan sesuai dengan jenis industri yang akan dikembangkan dikawasan tersebut.
Kawasan industri terdiri dari komponen-komponen yang mendukung pembangunan
industri meliputi:
1) Potensi sumber daya
2) Kemungkinan pengembangan transportasi dan
komunikasi
3) Sumber daya energy
4) Keadaan lahan
5) Tenaga kerja
6) Pengembangan teknologi
7) Usaha menjaga kelestarian lingkungan
8) Pemasaran lokal, nasional, dan luar negeri
1.
3. Aspek Permukiman
Permukiman adalah bagian bumi yang dihuni manusia, meliputi sarana dan
prasarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan
tempat tinggal yang bersangkutan. Pada mulanya, manusia memilih tempat tinggal
atau permukiman dengan syarat-syarat:
1.
Cukup air
2.
Tanahnya subur
3.
Mudah untuk lalu lintas dan angkutan
4.
Mudah untuk menacari lapangan kerja
5.
Terlindung dari binatang buas
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman, yaitu faktor
fisis, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
1.
Faktor fisis, meliputi:
1) Keadaan tanah,
2) Keadaan hidrografi,
3) Iklim,
4) Morfologi,
5) Sumber daya lainnya
1.
Faktor sosial, meliputi:
1) Karakter demografinya,
2) Struktur dan organisasi sosial,
3) Relasi sosial antar penduduk yang menghuni
permukiman.
1.
Faktor budaya, meliputi:
1) Tradisi setempat
2) Daya seni
3) Kemampuan teknologi dan iklim pengetahuan
penduduk
1.
Faktor ekonomi, meliputi:
1) Harga tanah
2) Kemampuan daya beli penduduk
3) Lapangan penghidupan
4) Transportasi dan komunikasi
1.
Faktor politik, maliputi:
1) Keadaan Negara dan pemerintahan
2) Peraturan dan kebijakan
Berikut ini akan diulas mengenai kondisi di permukiman pedesaan, perkotaan,
serta perencanaan dan pengembangan daerah permukiman.
1.
Permukiman di Daerah
Pedesaan
Persoalan yang paling penting tentang permukiman di daerah pedesaan, yaitu
mengenai perencanaan. Daerah pedesaan yang umumnya di dentik dengan daerah
pertanian, pola permukimannya di pengaruhi oleh pertanian yang bersangkutan.
Permukiman yang rapat berkembang di daerah yang subur tanahnya. Permukiman di
desa nelayan lingkungannya buruk sekali. Untuk menciptakan permukiman yang
sehat dan memenuhi syarat di perlukan bimbingan dan pengarahan dari pihak yang
berwenang.
2.
Permukiman di Daerah
Perkotaan
Permukiman di daerah perkotaan lebih
kompleks dari pada di daerah pedesaan. Penduduk perkotaan beraneka ragam
tentang pekerjaan, pendidikan, dan sosial budayanya. Kualitas tempat tinggal
penduduknya juga bervariasi, mulai dari rumah mewah sampai gubuk yang tidak
layak dihuni. Permukiman penduduk kota, semakin padat malah semakin menimbulkan
masalah. Hal tersebut karna adanya pertumbuhan penduduk kota yang besar, baik
dari kelahiran maupun perpindahan penduduk dari pedesaanu, Oleh karena itu, di
kota banyak timbul tempat tinggal penduduk yang kumuh (slum).
3.
Perencanaan dan
Pengembangan Daerah Permukiman
Untuk meningkatkan kesejahtreraan
penduduk, daerah permukiman penduduk jangan dibiarkan berkembang secara liar
yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Untuk itulah, permukiman harus di
rencanakan dengan pola perencanaan yang baik. Dalam perencanaan dan
pengembangan daerah permukiman tidak hanya pada penduduk yang sudah
bermasyarakat secara teratur, tetapi juga pada permukiman penduduk lainnya
termasuk suku terasing yang masyarakatnya belum teratur.
1.
4. Aspek
Transportasi dan Komunikasi
Transportasi adalah pemindahan benda
maupun manusia dari satu tempat ke tampat lain. Komunikasi adalah pergerakan
atau perpindahan bukan berbentuk benda, melainkan berupa berita, gagasan, buah
pikiran, dan sebagainya. Transportasi dan komunikasi membawa pengaruh
perkembangan dan perubahan fisik secara mental. Perkembangan dan pembangunan
transportasi serta komunikasi dapat digunakan sebagai prasarana dan sarana
untuk mengembangkan dan memajukan daerah terpencil.
1.
Pembangunan Sarana Transportasi Sebagai Usaha Mengembangkan Daerah
Melalui kemajuan teknologi komunikasi (telephone, telegraf, radio, tv,
internet, dan ponsel) kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di
luar negeri. Namun, teknologi komunikasi dan teknologi transportasi tidak dapat
mencapai permukaan bumi, terutama daerah-daerah yang terpencil. Untuk memajukan
daerah terpencil dapat dikembangkan prasarana dan sarana transportasi darat,
air, atau darat.
1) Transportasi melalui darat berupa jalan
raya dan jalan kerata api.
2) Transportasi melalui air berupa pelayaran
sungai, pelayaran antar pulau, dan pelayaran samudera.
3) Transportasi melalui udara, yaitu dengan
pesawat terbang. Khusus daerah terpencil dengan menggunakan penerbangan
perintis.
Apabila transportasi dan komunikasi ke daerah terpencil lancar maka potensi
yang ada di daerah, seperti hasil pertanian, sumber daya mineral, dan keindahan
alamnya dapat dikembangkan sehingga kesejahtraan penduduknya dapat meningkat.
Tentunya, prasarana dan sarana transportasi yang dikembangkan harus cocok dengan
kebutuhan daerah yang bersangkutan.
1.
Pengkajian Areal Pusat Transportasi
Angkutan di darat, perairan, maupun
udara memerlukan pusat-pusat persinggahan. Pusat-pusat itu di darat berupa
terminal kendaraan, diperairan berupa pelabuhan, dan di udara berupa lapangan
terbanga (bandara). Pemilihan pusat-pusat persinggahan tersebut memerlu-kan
penelitian agar lokasinya dapat memenuhi syarat-syaratnya. Sebagai contoh,
untuk pembangunan pelabuhan harus memeruhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Morfologi pantai harus memungkinkan untuk
pelabuhan
2) Kedalaman perairan harus dalam
3) Daerah daratan, pantainya dapat
menyediakan berbagai kebutuhan pelabuhan (air bersih, tenaga kerja, bahan
makanan, bahan bakar, dan sebagainya).
4) Prasarana dan saran transportasi darat
5) Kemungkinan menjaga kelestarian lingkungan
6) Kemungkinan untuk perluasan.
1.
Pengkajian Hubungan Dengan Aspek Kehidupan Lainnya
Untuk mengungkapkan tingkat kemajuan wilayah setampat berkenaan dengan
berbagai aspeknya maka harus diteliti pula aspek-aspek kahidupan lainnya.
Aspek-aspek itu, antara lain sumber daya hutan, sumber daya mineral, hasil
perikanan, hasil pertanian, sumber daya kepariwisataan, dan hasil kerajinan.
1.
5. Aspek Sumber
Daya
Sumber daya adalah semua potensi dan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Persediaan ini akan menjadi sumber daya bilamana dapat digunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (bahan pangan, tempat berlindung,
penghangat badan, transportasi, dan sebagainya). Suatu potensi, baru akan
menjadi sumber daya jika kemampuan budaya telah dapat memanfaatkannya. Kekayaan
yang tersimpan di dalam bumi tidak akan berkembang atau belum bermanfaat jika
kemampuan ilmu dan teknologinya belum di gunakan. Bagi bangsa yang tingkat ilmu
dan teknologinya sudah maju atau tinggi, sumber daya yang berada di Negara lain
sudah dapat di manfaatkan . Kemampuan dan batas kemampuan sumber daya di
pengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan kemajuan ilmu dan teknologi. Akibat
pertumbuhan penduduk dan penerapan teknologi modern, sumber daya yang tidak
dapat di perbarui akan cepat terkuras habis.